Apa kabar kalian semua? Semoga masih
selalu sehat wa alfiat dan dimudahkan dalam segala urusannya. Amin. Pada kesempatan ini, kami
ingin membagi sedikit informasi terkait cara mudah membaca dan memahami kitab kuning. Ini merupakan wujud dari komitmen blog ini dalam mempromosikan
pentingnya bahasa Arab di era sekarang, di samping bahasa Inggris juga. Semoga blog belajar bahasa Arab dasar ini bermanfaat.
Oke,
langsung aja ya!
Apa
itu kitab kuning?
Bagi kalangan santri di pesantren, istilah “kitab kuning” sudah tidak asing
lagi. Kitab kuning merupakan istilah yang dipakai untuk merujuk kepada buku,
atau “kitab” dalam bahasa Arab, yang berisi dan membahas sejumlah disiplin ilmu
yang berhubungan dengan agama Islam. Disiplin ilmu yang terdapat di dalam kitab
kuning tidak terbatas dan sangat bervariasi, mulai dari ilmu seperti fikih,
hadis, tafsir, akidah, tasawuf sampai kepada ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
ilmu bahasa Arab dengan seluk-beluknya seperti nahwu, saraf, balaghah dan
sebagainya. Umumnya, kalau disebut kitab kuning, isinya adalah ilmu-ilmu
tentang agama Islam.
Mengapa
disebut kitab kuning?
Penyebutan “kitab kuning” mungkin sudah lama sekali setelah ada percetakan buku
di Indonesia ini. Asumsi saya karena memang umumnya di Indonesia ini, khususnya
dulu, kitab-kitab berbahasa Arab yang berhubungan dengan agama Islam dicetak
menggunakan media kertas yang berwarna kuning. Ini berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh penerbit Timur Tengah yang mayoritas mencetak buku, kitab-kitab
rujukan agama Islam, menggunakan kertas berwarna putih, walaupun ada juga
sebagian yang menggunakan kertas kuning. Terlepas belakangan ini, banyak juga
penerbit Indonesia, seperti Dar al-Kutub al-Islamiyah Jakarta, yang mencetak
menggunakan kertas berwarna putih. Penyebutan kuning secara umum berdasarkan
warna kertas kitab yang bersangkutan.
Mengapa
bisa membaca kitab kuning itu penting?
Kitab kuning adalah sejumlah kitab yang berbahasa Arab tanpa baris alias gundul
yang berisi sejumlah disiplin ilmu Islam. Seorang muslim yang baik diharapakan
bisa membacanya karena itu adalah kunci untuk memahami ajaran-ajaran agama
Islam sampai ke akar-akarnya. Ajaran-ajaran Islam seperti rukun shalat, tata
cara bersuci, bagimana berakidah yang benar, itu semua seharusnya dipelajari
dari sumber aslinya, yaitu kitab kuning daripada hanya sekedar mengandalkan
buku-buku terjemahan. Di situlah pentingnya bisa membaca kitab kuning, apalagi
di sejumlah tempat di Indonesia ini, seorang baru bisa dikatakan “paham agama
dengan baik” kalau dia bisa membaca kitab kuning.
Bagaimana
cara mudah membaca kitab kuning? Harus
dikatakan, bahwa mempelajari cara membaca kitab kuning adalah mempelajari
kaidah bahasa Arab itu sendiri, khususnya dalam hal maharat al-qira’ah
(kecerdasan membaca). Untuk bisa membaca teks-teks berbahasa Arab, kita perlu
bisa ilmu alat, yaitu nahwu dan sharaf. Nahwu adalah ilmu untuk mempelajari
baris akhir suatu kata dalam bahasa Arab sedangkan sharaf adalah ilmu untuk
mengetahui perubahan bentuk kata. Contohnya; buniyal Islamu ‘ala khamsin (بُنِيَ
الْإِسْلَامُ عَلىَ خَمْسٍ). Di kalimat ini, kita baru bisa mengetahui baris akhir kata “al-Islam”
sebagai “al-islamu” bukan “al-islami” atau “al-islama” dan kata “khams”,
sebagai “khamsin” bukan “khamsun” atau “khamsan” itu setelah mempelajari ilmu
nahwu. Begitu juga dengan ilmu sharaf, setelah mempelajarinya, kita baru bisa
mengetahui kata “al-islam” di situ sebagai “al-islam” bukan “al-muslim” atau
“salama”. Untuk bisa membaca kitab kuning yang terdiri dari huruf dan kata-kata
Arab gundul tidak bisa terlepas dari dua ilmu alat ini. Kata sebagian orang
membaca kitab kuning itu rumit sekali, saya ingin mengatakan bahwa kenyataannya
memang begitu. Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang merasa kesulitan ketika
pertama kali berkenalan dengan kitab itu.
Mungkin memang tidak ada jalan pintas
untuk langsung instan bisa membaca kitab kuning, walaupun pakar-pakar bahasa
Arab di Indonesia banyak merumuskan metode-metode cepat, seperti apa yang
dilakukan oleh seorang kiyai di Jepara dengan karya Amtsilati-nya, tapi
tetap saja kita akan dihadapkan pada kerumitan dua ilmu alat di atas tadi.
Saran saya adalah mulailah dengan mempelajari dua ilmu alat itu, yaitu nahwu
dan sharaf. Pelan-pelan saja, mulailah dari yang terlebih mudah dulu. Bagi yang
pemula, untuk ilmu nahwu, bisa menggunakan kitab al-Nahwu al-Wadih,
untuk sharaf coba kitab al-Amtsilah al-Tashrifiyyah. Setelah kalian
mapan, ya tidak harus mapan juga sih, dengan dua ilmu alat tersebut, kalian
nanti akan terasa lebih mudah, baik dalam memberikan baris (isykal)
kata-kata maupun ketika menerjemahkannya (tarjim) kedalam bahasa Indonesia.
Akhirnya,
hanya itu dulu yang bisa saya jelaskan. Semoga artikel terkait cara mudah membaca dan memahami kitab kuning ini ada manfaatnya, silahkan
dikritik kalau banyak salahnya. Maklum, kami juga masih terbatas pengalaman dan
wawasan.
BGUS
BalasHapussemoga tmbah bermanfaat bgi sp sj yg mmbaccax
BalasHapus